Momentum Hari Peduli Sampah Nasional yang
jatuh pada tanggal 21 Februari lalu bagi kalangan pegiat lingkungan hidup,
khususnya di Kota Bandung, menjadi momentum untuk kembali bercermin. Sudah
sejauhmana wujud komitmen bersama masyarakat untuk mengatasi permasalahan
sampah agar tidak lagi berujung pada bencana. Tragedi Leuwi Gajah 21 Februari
2005 masih menyisakan banyak duka yang mendalam di hati warga. Sembilan tahun
sudah berlalu. Waktu yang mestinya cukup untuk melakukan banyak pembenahan.
Meski masih menyisakan banyak persoalan, nampaknya
masyarakat kota Bandung hari ini layak
berbesar hati. Kepedulian komunitas warga Kota Bandung dalam menangani permasalahan
sampah kini kian menggembirakan. Salah satunya lewat gerakan pendirian bank
sampah oleh para ibu rumah tangga yang dimotori oleh LSM Hijau Lestari. Dengan
modal ketekunan dan rasa cinta, terbukti
dalam kurun waktu kurang dari setahun,
LSM Hijau Lestari telah mampu membidani lahirnya 35 Unit Bank Sampah di
Kota Bandung.
Refleksi ini terungkap dalam kegiatan
peringatan Hari Peduli Sampah yang dilakukan LSM Hijau Lestari pada hari Minggu
(23/2) bertempat di Auditorium Monumen Perjuangan jl. Dipati Ukur. Selain diisi
dengan pemutaran Film Trashed, Hijau Lestari juga menggelar Bincang-Bincang
Warga Bandung bertema “Geliat Gerakan Bank Sampah Kota Bandung”.
Bincang-bincang ini menghadirkan narasumber Asep Sudrajat dari BPLH Kota Bandung,
Ahmad Kuncaraningrat dari Komisi C DPRD Kota Bandung / Wakil Ketua Pansus Perda
Pembatasan Penggunaan Sampah Plastik Tak Ramah Lingkungan, juga Elis Solihat
selaku Ketua LSM Hijau Lestari. Peserta yang hadir sebanyak 60 orang, berasal
dari perwakilan 30 kecamatan di Kota Bandung. Bincang-bincang berlangsung
semarak dipandu Kang Gun Gun Saptari Hidayat yang merupakan Ketua Relawan
Program Sejuta Biopori.
Dalam bincang-bincang ini Asep menegaskan
bahwa program bank sampah menjadi salah satu program unggulan pemerintah kota di tahun 2014. Target minimal adalah
beoperasinya bank sampah di setiap
kelurahan yang ada di kota Bandung. “Syukur-syukur bisa di setiap RW”, ungkapnya.
Sementara Ahmad mengharapkan masyarakat Bandung
tidak lagi sekedar menggantungkan penyelesaian sampahnya pada PD
Kebersihan. Sampai hari ini PD Kebersihan masih menjadi satu-satunya perusahaan
yang beroperasi mengangkut sampah warga Bandung. Dan yang terangkut oleh PD
Kebersihan hanya sekitar 700 ton dari total 1800 ton sampah Kota Bandung/hari.
“Jadi kurang dari setengahnya yang bisa diangkut, dan itu pun hanya sekedar
memindahkan dari TPS ke TPA, belum
sampai pada tahapan mengolah sampahnya”, jelas Ahmad.
Dalam Film Trashed yang diputar pada sesi sebelumnya,
terungkap bahwa sistem pembuangan sampah dari TPS ke TPA (landfill) ternyata
membawa segudang permasalahan susulan. Semisal tragedi Leuwi Gajah yang
menewaskan 147 orang. Bahkan sebaik dan seketat
apapun penerapannya di Amerika Serikat
dan Eropa, tetap saja memunculkan masalah pada akhirnya. Mulai dari pencemaran
tanah, air, udara, masuk ke tubuh manusia dan menyebabkan penyakit berbahaya
semisal kanker. Diceritakan pula dampak dari pengolahan sampah dengan sistem incenerator
(pembakaran) yang ternyata sangat menegerikan. Bahkan di Vietnam telah banyak
anak-anak terlahir cacat akibat terpapar dioxin yang merupakan hasil dari
pembakaran sampah.
Itu sebabnya Ahmad menegaskan bahwa mau
tidak mau warga harus membiasakan mengolah sampah langsung di sumbernya, yakni
pada skala rumah tangga. Ahmad mengaku, dirinya termasuk salah satu yang
menggandeng Hijau Lestari Kini untuk mendirikan bank sampah di rumahnya di
Kelurahan Pasteur. Awalnya dilakukan sosialisasi
hingga akhirnya mulai beroperasi akhir Desember 2013. Kegiatan bank sampah
berjalan tiap dua minggu sekali, dan dalam empat kali kegiatan saja omsetnya
telah mencapai satu juta lebih. Kini nasabahnya berjumlah 25 orang.
Pada acara ini dilakukan juga penyerahan
penghargaan dari Ibu Siti Oded M. Danial selaku Pembina Hijau Lestari kepada
Unit Bank Sampah (BS) Berprestasi binaan Hijau Lestari. Yakni kepada Ibu Eti
(Unit BS RW 12 Pasirlayung), Ibu Kiki (Unit BS RW 10 Dago), dan Ibu
Neneng (Unit BS RW10 Sekeloa). Elis dari LSM Hijau Lestari menuturkan bahwa
segmen ibu rumah tangga memang menjadi sasaran utama yang digandeng oleh Hijau
Lestari dalam memasyarakatkan bank sampah. “Kami masuk menyosialisasikan bank
sampah ke arisan-arisan dan pengajian warga mulai Juni 2013”, tuturnya. Dirinya
mewakili LSM mengajak hadirin yang belum memiliki bank sampah di lingkungannya
untuk mendirikan bank sampah. Dirinya siap diundang untuk melakukan sosialisasi
dan pendampingan di warga hingga sampah
tak lagi menjadi sumber musibah namun membawa berkah. Sesuai slogan yang
menutup acara bincang-bincang hari itu : Sampahku, Tanggung Jawabku,
Tabunganku…
(roosphira
miswary)
save our earth by the way good development research zero garbage about save new generations, thank motivations
ReplyDeletefrom : BSB ( email : bangsampahbangkitku@gmail.com )