Monday, February 24, 2014

HIJAU LESTARI : GELIAT GERAKAN BANK SAMPAH KOTA BANDUNG


Momentum Hari Peduli Sampah Nasional yang jatuh pada tanggal 21 Februari lalu bagi kalangan pegiat lingkungan hidup, khususnya di Kota Bandung, menjadi momentum untuk kembali bercermin. Sudah sejauhmana wujud komitmen bersama masyarakat untuk mengatasi permasalahan sampah agar tidak lagi berujung pada bencana. Tragedi Leuwi Gajah 21 Februari 2005 masih menyisakan banyak duka yang mendalam di hati warga. Sembilan tahun sudah berlalu. Waktu yang mestinya cukup untuk melakukan banyak pembenahan.

Meski masih menyisakan banyak persoalan, nampaknya masyarakat kota Bandung  hari ini layak berbesar hati. Kepedulian komunitas warga Kota Bandung dalam menangani permasalahan sampah kini kian menggembirakan. Salah satunya lewat gerakan pendirian bank sampah oleh para ibu rumah tangga yang dimotori oleh LSM Hijau Lestari. Dengan modal ketekunan  dan rasa cinta, terbukti dalam kurun waktu kurang dari setahun,  LSM Hijau Lestari telah mampu membidani lahirnya 35 Unit Bank Sampah di Kota Bandung.

Refleksi ini terungkap dalam kegiatan peringatan Hari Peduli Sampah yang dilakukan LSM Hijau Lestari pada hari Minggu (23/2) bertempat di Auditorium Monumen Perjuangan jl. Dipati Ukur. Selain diisi dengan pemutaran Film Trashed, Hijau Lestari juga menggelar Bincang-Bincang Warga Bandung bertema “Geliat Gerakan Bank Sampah Kota Bandung”. Bincang-bincang ini menghadirkan narasumber Asep Sudrajat dari BPLH Kota Bandung, Ahmad Kuncaraningrat dari Komisi C DPRD Kota Bandung / Wakil Ketua Pansus Perda Pembatasan Penggunaan Sampah Plastik Tak Ramah Lingkungan, juga Elis Solihat selaku Ketua LSM Hijau Lestari. Peserta yang hadir sebanyak 60 orang, berasal dari perwakilan 30 kecamatan di Kota Bandung. Bincang-bincang berlangsung semarak dipandu Kang Gun Gun Saptari Hidayat yang merupakan Ketua Relawan Program Sejuta Biopori.


Dalam bincang-bincang ini Asep menegaskan bahwa program bank sampah menjadi salah satu program unggulan pemerintah  kota di tahun 2014. Target minimal adalah beoperasinya bank sampah  di setiap kelurahan yang ada di kota Bandung. “Syukur-syukur bisa di setiap RW”, ungkapnya. Sementara Ahmad mengharapkan masyarakat Bandung  tidak lagi sekedar menggantungkan penyelesaian sampahnya pada PD Kebersihan. Sampai hari ini PD Kebersihan masih menjadi satu-satunya perusahaan yang beroperasi mengangkut sampah warga Bandung. Dan yang terangkut oleh PD Kebersihan hanya sekitar 700 ton dari total 1800 ton sampah Kota Bandung/hari. “Jadi kurang dari setengahnya yang bisa diangkut, dan itu pun hanya sekedar memindahkan dari TPS  ke TPA, belum sampai pada tahapan mengolah sampahnya”, jelas Ahmad.

Dalam Film Trashed yang diputar pada sesi sebelumnya, terungkap bahwa sistem pembuangan sampah dari TPS ke TPA (landfill) ternyata membawa segudang permasalahan susulan. Semisal tragedi Leuwi Gajah yang menewaskan 147 orang. Bahkan sebaik dan seketat  apapun penerapannya di  Amerika Serikat dan Eropa, tetap saja memunculkan masalah pada akhirnya. Mulai dari pencemaran tanah, air, udara, masuk ke tubuh manusia dan menyebabkan penyakit berbahaya semisal kanker. Diceritakan pula dampak dari pengolahan sampah dengan sistem incenerator (pembakaran) yang ternyata sangat menegerikan. Bahkan di Vietnam telah banyak anak-anak terlahir cacat akibat terpapar dioxin yang merupakan hasil dari pembakaran sampah.
Itu sebabnya Ahmad menegaskan bahwa mau tidak mau warga harus membiasakan mengolah sampah langsung di sumbernya, yakni pada skala rumah tangga. Ahmad mengaku, dirinya termasuk salah satu yang menggandeng Hijau Lestari Kini untuk mendirikan bank sampah di rumahnya di Kelurahan Pasteur.  Awalnya dilakukan sosialisasi hingga akhirnya mulai beroperasi akhir Desember 2013. Kegiatan bank sampah berjalan tiap dua minggu sekali, dan dalam empat kali kegiatan saja omsetnya telah mencapai satu juta lebih. Kini nasabahnya berjumlah 25 orang.

Pada acara ini dilakukan juga penyerahan penghargaan dari Ibu Siti Oded M. Danial selaku Pembina Hijau Lestari kepada Unit Bank Sampah (BS) Berprestasi binaan Hijau Lestari. Yakni kepada Ibu Eti (Unit BS RW 12 Pasirlayung), Ibu Kiki (Unit BS RW 10 Dago), dan Ibu Neneng (Unit BS RW10 Sekeloa). Elis dari LSM Hijau Lestari menuturkan bahwa segmen ibu rumah tangga memang menjadi sasaran utama yang digandeng oleh Hijau Lestari dalam memasyarakatkan bank sampah. “Kami masuk menyosialisasikan bank sampah ke arisan-arisan dan pengajian warga mulai Juni 2013”, tuturnya. Dirinya mewakili LSM mengajak hadirin yang belum memiliki bank sampah di lingkungannya untuk mendirikan bank sampah. Dirinya siap diundang untuk melakukan sosialisasi dan pendampingan  di warga hingga sampah tak lagi menjadi sumber musibah namun membawa berkah. Sesuai slogan yang menutup acara bincang-bincang hari itu : Sampahku, Tanggung Jawabku, Tabunganku…

(roosphira miswary)

1 comment:

  1. save our earth by the way good development research zero garbage about save new generations, thank motivations
    from : BSB ( email : bangsampahbangkitku@gmail.com )

    ReplyDelete